LAPORAN BUKU
OLEH
ANDI HALMINA
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Isi
Buku
Buku sintaksis ini terdiri dari tujuh bab yang
terhimpun dalam tujuh bagian. Masing-masing bagian memberi pencerahan tentang sintaksis.
Bab 1 membicarakan konsep-konsep dalam sintaksis. Bab 2 membahas klasifikasi
frasa, baik kategori maupun struktur. Bab 3 menguraikan klasifikasi klausa baik
berdasarkan distribusi satuan, fungsi, maupun hubungan antarklausa. Bab 4
memaparkan klasifikasi kalimat. Bab 5
syarat-syarat paragraf. Bab 6 satuan-satuan dalam wacana. Bab 7 teori dan pemikiran linguistik yang berkembang
di Indonesia.
B. Tujuan
Pengarang
1.
Menuliskan
imajinasi yang ada dipikiran pengarang dan mengembangkan cerita itu ke dalam
sebuah paragraf (sebuah buku)
2.
Memberikan
efek emosional, membuat seseorang termotivasi untuk satu tujuan yaitu memperdalam
ilmu tentang sisntaksis.
C. Tujuan Penyusunan Resensi
1. Untuk memenuhi tugas Linguistik
2. Untuk menambah wawasan dan mengasah
kemampuan untuk membuat resensi
3. Untuk melatih diri dalam bekerja dan
kami ingin memberitahukan kepada seluruh masyarakat tentang isi Buku ini layak
atau tidak untuk dibaca.
D. Manfaat
Buku
Buku ini bermanfaat bagi semua masyarakat khususnya para
Mahsiswa dan kalangan mahasiswa yang ada di Indonesia.
E. Audiens (Sasaran)
Buku ini ditujukan untuk Khalayak luas dari kelas bawah, menengah, dan atas terutama untuk mahasiswa
jurusan bahasa dan sastra indonesia.
F. Sistematika
Buku
Buku ini tersusun secara sederhana, dimulai dari sampul, isi
bacaan, dan penutup bacaan.
G. Segi
Kebahasaan dan Ejaan
Dilihat dari segi bahasa, pengarang
Buku ini menggunakan Bahasa Indonesia yang cepat dicernah dan dimengerti oleh
pola pikir para pembacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Sampul Buku
2.
Identitas Buku
a.
Judul
Buku
: SINTAKSIS
b.
Jenis
Buku : Non Fiksi
c.
Pengarang : Prof. Dr. E. Zaenal Arifin &
Dra.Junaiyah H.M.,M.Hum
d.
Penerbit
: PT Grasindo, Angota Ikapi
e.
Halaman
Buku : 139 halaman
f.
Panjang
dan Tebal Buku : 15,5 x 23 cm ; 0,5 cm
g.
Jenis
Kertas : Quarto
h.
Harga
Buku
: Rp 22.000
3.
Ringkasan Buku
BAB 1
APAKAH SINTAKSIS
APAKAH SINTAKSIS
A. Batasan Sintaksis
Sintaksis adalah cabang linguistik
yang membicarakan hubungan antar kata dalam tuturan (speech) unsure bahasa yang
termasuk dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat. Farasa
adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif misalnya rumah
mewah. Klausa adalah satuan graumatikal yang berupa kelompok kata, yang
sekurang-kurangnya memiliki sebuah predikat, dan berpotensi menjadi kalimat,
dengan kata lain kalausa membicarakan hubungan sebuah gabungan kata dan kata
yang lain. Kaliamat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri ,
yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah subjek dan predikat memunyai, intonasi
final (kaliamat lisan, dan aktual atau pun potensial terdiri atas klausa.
B. Aspek-Aspek Sintaksis
1. Kata: Ciri dan Klasifikasi
Kata dilihat dari pemakian bahasa, menurut pemakaian
bahasa, kata adalah satuan graumatikal yang diujarkan, bersifat berulang-ulang,
dan secara potensial ujaran itu dapat berdiri sendiri. Menurut pandangan ahli
bahasa kata dipandang secara linguis, kata dapat dibedakan sebagai beberapa
yakni: (1)Kata sebagai satuan fonologis; (2)Kata sebagai satuan graumatikal;
(3) Kata sebagai satuan ortografis.
2. Frasa: Ciri dan Klasifikasi
Farasa adalah satuan graumatikal yang berupa gabungan
kata yang bersifat nonpredikatif (Rusyana dan Syamsuri, 1976).
Farasa
terdiri atas frasa endosentris dan fara eksosentris .
Fasa eksosentris terdiri atas farasa eksosentris direktif dan faras eksosentris non direktif. Frasa endosentris terdiri atas farasa endosentris bersumbu satu dan fasa endosentris bersumbu jamak. Fasa endosentris bersumbu satu dapat dibedakan menjadi frasa nominial, farasa pronominal, frasa verbal, frasa ajektival, dan frasa numeral. Farasa endosentris bersumbu jamak terdiri atas farasa koordinatif dan frasa apositif.
Fasa eksosentris terdiri atas farasa eksosentris direktif dan faras eksosentris non direktif. Frasa endosentris terdiri atas farasa endosentris bersumbu satu dan fasa endosentris bersumbu jamak. Fasa endosentris bersumbu satu dapat dibedakan menjadi frasa nominial, farasa pronominal, frasa verbal, frasa ajektival, dan frasa numeral. Farasa endosentris bersumbu jamak terdiri atas farasa koordinatif dan frasa apositif.
3. Klausa : Ciri dan Klasifikasi
Klausa adalah satuan graumatikal yang setidak-tidaknya
berdiri atas supjek dan predikat.a berpotensi menjadi kalimat. Klausa dapat
dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa terikat, berdasarkan fungsinya klausa
dapat dibedakan menjadi klausa subjek dan, klausa objek, klausa keterangan ,
dan kelausa pemerlengkapan.
Hubungan antar klausa koordinatif dibedakan menjadi hubungan aditif (perjumlahan ), hubungan adversative (pertentangan) dan hubungan arternatif (pemilihan).
Hubungan antar klausa koordinatif dibedakan menjadi hubungan aditif (perjumlahan ), hubungan adversative (pertentangan) dan hubungan arternatif (pemilihan).
4. Kalimat : Ciri dan Klasifikasi)
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative
berdiri sendiri, mempunyai intonasi final(kalimat lisan) dan secara actual atau
pun potensial terdiri atas klausa. Dilihat dari fungsinya, unsure-unsur kaliamt
berupa , subjek, presikat, objek, pelengkap dan keterangan. Menurut bentuknya
kalimat terdiri ndari kaliamat tungal dan kalimat majemuk. Kaliamat majemuk
dibedakan menjadi kalimat tunggal dan perluasan.
C. Hubungan Sintakmatis dan Paradikmatis
Di dalam bahasa dikenal hubungan
sintakmatis (hubungan linier) dan hubungan paradikmatis (hubungan unsur bahasa
dengan unsur diluarnya, tetapi masih dalam tataran itu).
1.
Hubungan
sintakmatis
Hubungan sintakmatis adalah hubungan linier antara
unsure bahasa yang satu dan unsure bahasa yang lain dalam tataran tertentu.
2.
Hubungan
pradikatis
Hubungan pradikatis adalah hubungan sistematis antara
unsure bahas yang memiliki kesesuaian. Ada beberapa tataran yang perluh peratikan
dalam hubungan pradikmatis yakni :
§ tataran
fonemis
§ tataran
morfologis
§ tataran
sintaksis
D. Kategori, Fungsi dan Peran
Beberapa
jenis kategori yang dapat menjadi unsure sebuah kalimat adalah nomina,
pronominal, verba, adjektiva, numeralia, adverbiadan kata tugas preposisi,
konjungsi, partikel. Berdasarkan fungsinya unsure-unsur kaliamt ada yang
subjek, predikat, objek , pelengkapserta keterangan, akibat keterangan dan
moralita.
E. Kegramatikalan,Kebermaknaan,dan Keberterimaan
Kegraumatikalnya,
kebermaknaan, dan keberterimaan adalah konsep yang mengacu pada satuan bahasa
yang mengikuti kaidah tata bahasa yang meliputi beberapa tingkatan, yaitu
mengangkut graumatikal bentuk kata, bentuk klausa , atau bentuk kalimat
(cf.Lyons,1981:101).
F.
Tafsir Ganda
Suatu
ungkapan atau pernyataan kadan-kadan bisa ditafsirkan menjadi dua makna, bahkan
bermacam-macam maknakarena penyusunan ungkapan atau pernyataan tersebut kurang
tertip.
G. Parafrasa
Parafrasa
berarti (1)Pengunkapan suatu tuturan
dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi yang lain dengan tidak mengubah
arti; (2) Penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk susunan
kata-kata yang lain dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna tersebunyi.
H. Permutasi
Permutasi
adalah perubahan deretan atau urutan unsure-unsur kalimat.
BAB II
KLASIFIKASI FRASA
A. Pengantar
Frasa adalah satuan gramatikal yang
berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (Rusyana dan Samsuri 1976)
atau satu kontruksi ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih. Frasa
dapat dibedakan menjadi:
1. Frasa eksosentris
§ Frasa eksosentris
direktif (partikel)
§ Frasa
eksosentris nondirektif (konektif dan predikatif)
2. Frasa
endosentris
1)
Frasa endosentris berinduk tunggal
§ Frasa
nominal
§ Frasa
pronominal
§ Frasa ferbal
§ Frasa
djektifal
§ Frasa
numeral
2) Frasa
endosentris berinduk jamak
§ frasa
koordinatif
§ Frasa
apositif
B. Frasa Eksosentris
Frasa eksosentris adalah fasa yang
sebagian atau seluruhnya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan semua
komponenya baik dengan sumbu maupun preposisi. Farasa yang berperangkai
preposisi disebut prasa preposisional atau frasa eksosentris direktif , frasa
yang berperangkai lain disebut eksosentris nondirektif.
1. farasa eksosentrid
direktif (berpaltikel) contoh prasa preposisional adala dengan baik sejak
kemaring, demi waktu dari rumah pada hari, menuju ke ,dll.
2. farasa
eksosentris nondirektif ( konektif dan predikatif) farasa eksosentris
nondirektif ( konektif dan predikatif) dapat dibedakan menjadi (a) frasa
sebagian atau seluruhnya memiliki perilaku yang sama dengan bagian-bagiannya,
seperti si kancil, si terdakwa, sang
kancil, sang kekasih, kaum marginal, kaum pengusaha, para pemuda, para hakim (b)
frasa seluruhnya berperilaku sama dengan si terdakwa atau sang kekasih,
sama-sama dapat menduduki fungsi subjek atau objek.
C. Frasa Endosentris
frasa endosentris adalah farasa yang
seluruhnya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan perilaku salah satu
komponennya. Frasa endosentris dibedakan menjadi frasa endosentris berinduk tunggal
(disebut juga frasa modikatif) dan frasa endosentris berinduk jamak.
1.
frasa
endosentris berinduk tunggal
fasa endosentris berindik tungal terdiri atas induk yang menjadi penanda kategorinya dan modifikator menjadi pemerinya. Frasa endosentrik berinduk tungal dapat diperinci sebagai berikut:
fasa endosentris berindik tungal terdiri atas induk yang menjadi penanda kategorinya dan modifikator menjadi pemerinya. Frasa endosentrik berinduk tungal dapat diperinci sebagai berikut:
§ frasa
nominal adalah fartasa yang terdiri atas nomina sebagai pusat dan unsur lain
berpa ejektiva, verba , numeralia, pronomina, frasa preposionalisasi dll.
§ frasa
pronominal adalafasa yang terdiri atas gabungan pronomina dan pronomina atau
gabungan pronomina dan adjektiva. Misalnya ; kami berdua, kalian ini , mereka
berdua dll.
§ frasa ferbal
adalah frasa yang terdiri atas gabungan ferba dengan ferba atau gabungan verba
dan adverbia atau gabungan ferba dengan preposisi. Misalnya : pergi kerja bangkit
berlari, tegak berdiri.
§ frasa
ddjektival adalah frasa yang terdiri dari beberapa gabungan kata atau terdiri
atas induk berkategori adjektiva dan modifikator berkategori apapun. Contoh
sedikit macam, agak pusing, cerah ceria, cerdik cedekia, harum mewanggi
§ frasa numeral
adalah fasa yang terdiri dari numeralia sebagai induk dan unsur peluasan lainya
mempunyai hubungan subordinastif dengan nomina pengolongan bilangan, dan nomina
ukurang. Contohnya sembilan belas, dua lusin, tuju pulu lima, beberapa sak
semen.
2.
Frasa Endosentris
Berinduk Banyak
Fasa Endosentris beriduk banyak terdiri atas beberapa
komponen yang sederajat dalam fungsi dan kategori. Frasa ini terbagi menjadi
dua bagian yakni.
§ fasa
koordinatif adalah farasa endosentris berinduk banyak , yang secara potensial
komponenya dapat dihubungkan dengan partikel seperti dan,ke, seperti, tetapi
atau konjungsi korelatif seperi baik, makin, maupun dll. Misalnya kaya atau
miskin, kaya atau pun miskin, makin pagi makin baik.
§ frasa
apositif adalah frasa endosentris berinduk banyak yang secara luar bahasa
komponenya menunjuk pada maksud yang sama.misalnya: lia anak kakaku yang
tinggal di lampung , yudi adalah anak pamanku yang tingal di papua.
BAB III
KLASIFIKASI KLAUSA
A. Pengantar
Klausa adalah satuan graumatika berupa
kelompok kata yang sekurang-kurang terdiri dari subyek dan predikat dan
mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
B. Klausa Berdasarkan Distribusi Satuan
Klausa dapat dibegi menjadi klausa
bebasa dan klausa terikat . klausa bebasa adalah klausa yang berpotensi menjadi
kalimat lengakap dan klausa terikat adalah klausa yang tidak berptensi menjadi
kaliamat lengkap tetapi hanya berpotensi menjadi kalimat minor.
C. Klausa Berdasarkan Fungsi
ternyata dapat menduduki fungsi
supjek, objek, keterangan dan pelengkap,
1.
subjek
Bagian klausa yang berwujut nomina , subjek mendahului predikat seperti berlibur kami sekeluarga, berenan itu menyehatkan.
Bagian klausa yang berwujut nomina , subjek mendahului predikat seperti berlibur kami sekeluarga, berenan itu menyehatkan.
2.
objek
bagian klausa yang berwujut nomina atau farasa nominal yang melengkapi ferba transitif, objek dapa dibagi menjad objek langsung dan objek tidak langsung.
bagian klausa yang berwujut nomina atau farasa nominal yang melengkapi ferba transitif, objek dapa dibagi menjad objek langsung dan objek tidak langsung.
3.
klausa
keterangan
klausa keterangan adalah klausa yang menjadi bagian
luar inti, yang berfungsi meluaskan atau membatasi makna subjek atau makna
predikat.
4.
Klausa pelengkap Klausa pelengkap adalah klausa yang
terdiri atas nomina, fasa nominal, adjektifa, yang merupakan bagian dari
predikat verbal
D. Kalausa Berdasarkan Struktur
Klausa ferbal adalah klausa yang
predikatnya verbal. Klausa ferba terdiri atas klausa ferbal aktif dan klausa
aktif taktransitif. Klausa verbal aktif adalah klausa yang menunjukan subjek
melakukan pekerjaan seperti nyang disebut dalam predikat verbanya. Klausa
ferbal aktif transitif adalah klausa yang predikatnya ferbanya mempunyai
sasaranatau mempunyai objek. Klausa nonverbal adalah klausa yang predikatnya
berupa nomina pronominal adjektivanumeralia, atau frasa preposisional.
E. Hubungan Antarkalausa
Ada dua macam hubungan antar klausa yaitu hubungan
koordinatif dan hubungan subordinatif. Hubungan antar klausa yang koordinatif
terdiri dari 3 bagian yaitu hubungan aditif, hubungan adversative, hubungan
arternatif. Sedangkan hubungan antarklausa subordinatif terdiri dari 14 bagian
hubungan yakni:
1.
Hubungan sebab 8. Hubungan kenyataan
2.
Hubungan akibat 9. Hubungan alat
3.
Hubungan tujuan 10. Hubungan perbandingan
4.
Hubungan syarat 11. Hubungan hasil
5.
Hubungan waktu 12. Hubungan atributif
6.
Hubungan konsesif 13. Hubungan andaian
7.
Huibungan cara 14. Hubungan optatif
BAB IV
KLASIFIKASI KALIMAT
A. Apakah Kalimat?
Ciri dan
klasifikasi telah dijelaskan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara
relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final (kaliamt lisan) dan secara
actual atau pun potensial terdiri atas klausa. Dapat dikatakan bahwa kalimat
membicarak hubungan antara klausa dan klausa yang lain. Jika dilihat dari
fungsinya , unsur-unsur kalimat terdiri atas subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan. Menurut bentuknya kalimat dibedakan menjadi kaliamt
tunggal, kalimat tunggal dan perluasan, serta kalimat majemuk setara, kalimat
majemuk bertingkat( taksetara), dan kalimat majemuk campuran. Bab ini
mendeskripsikan klasifikasi kalimat dan berbagai hal yang bertalian dengan
kalimat.
B. Strategi Pengenalan Kalimat
Kalimat-kalimat
berikut mengikuti pola dasar kalimat bahasa Indonesia.
1.
Telpon berering.
2.
Undang-undang itu diperbaharui.
3.
Ekonomi kita membaik
4.
Pertemuan itu tertunda-tunda
5.
Para petani bergembira
6.
Menteri luar negeri terperanjat.
Kalimat
dasar adalah kalimat yang terdiri atas unsur-unsur pokok. Jadi, kalimat dasar
adalah kalimat yang belum mendapat perluasan. Paling kurang kalimat dasar
terdiri atas unsur subjek dan unsur predikat. Kalimat dasar yang agak
panjang terdiri atas unsur subjek, predikat dan objek.
C. Fungsi Subjek, Predikat, Objek, dan Fungsi Lain
Untuk
mengetahui subjek sebuah kalimat, kita dapat menagjukan pertanyaan dengan
menggunakan unsur predikat sebagai tumpuan.
D. Kalimat menurut Bentuk
Menurut
bentuk, kaliamt terdiri atas kalimat tunggal
dan kalimat majemuk.
(1)
Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu
subjek dan satu predikat. Dengan demikian, semua kalimat dasar adalah juga
kalimat tunggal;
(2)
Kalimat majemuk terdiri atas bebrapa bagian
§
Kalimat Majemuk Setara
§
Kalimat Majemuk Bertingkat (Taksetara)
§
Kalimat Majemuk Taksetara Ratapan
§
Kalimat Majemuk Campuran
E. Kalimat menurut Fungsi
Menurut fungsi, kalimat dapat dibedakan menjadi
kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan.
Semua jenis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif (afirmatif) atau
dapat pula disajikan dalam bentuk negatif.
F.
Kalimat
Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampaun
untuk memunculkan gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti
apa yang ada dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang ada dalam
pikiran pembicara atau penulis kalimat itu.
BAB V
SAYARAT-SYARAT PARAGRAF
Pada bab
lima ini, mengulas tentang definisi paragraf dan keruntutan pragraf. Namun
paragraf dapat dikenali lewat beberapa ciri-ciri yakni:
1.
Kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf dapat
beruurutan atas kaliamat tunggal, kalimat koordinatif dan kalimat subordinatif
atau sebaliknya. Didalam paragraph setiap kalimat merupakan unsur pembentuk
atau konstituen pembentuk. Kalimat-kalimat itu saling berkaitan secara bahasa
ataupun secara imformasi.
2.
Padea umumnya, pragraf memiliki kalimat tema yang
biasanya diletakan pada bagian awal, tenggah atau akhir pragraf.
3.
Kalimat yang diletakan sesudah kalimat tema bagi
kalimat tema di bagian awal), kalimat yang diletakan sebelum kalimat tema, atau
kalimat yang diletakan sebelum atau sesudah kliamat tema ( bagi kalimat tema di
bagian tengah), biasanya merupakan perincian lebih lanjut atau penjelas atas
tema.
4.
Paragraf juga dapat memiliki bagian pengantar seperti
biasanya terdapat pada paragraf pertama wacana; bagian peralihan,
Semua ciri
diatas merupakan ciri bagi wacana biasa kariya sastra dapat saja di ungkapkan
lewat pragraf dengan ciri yang lain lagi. Kalimat dalam dialog yang berisi
Tanya jawab juga merupakan sebuah paragraf karena dialog Tanya jawab dilandsi
oleh tema yang sama.
BAB VI
SATUAN-SATUAN DALAM WACANA
Pada bab ke
enam ini, mendefinisikan tentang aspek-aspek wacana dan satuan-satuan dalam
wacana. Wacana memiliki aspek aspek semantic dan aspek graumatikal yakni aspek
semantic wacana terdiri atas hubungan semantic antara bagian-bagian wacana dan
kesatuan latar belakang semantic wacana. Kesatuan latar belakan semantic wacana
ditandai oleh satuan topik, hubungan diantara peserta tuturan dan media yang
digunakan. Aspek graumatikal ketuhan sebuah wacana dinyatakan dengan berbagai
alat garaumatikal yakni konjungsi, elipsispralelisme, penggantian. Satuan besar di dalam sebuah wacana bukan
kalimat, melainkan paragraf, jika dilepaskan dari wacana paragraph sudah
merupakan suatu kesatuan imformasi yang lengkap, utuh dan selesai. Sebuah
paragraph yang dilepaskan itu merupakan sebuah karangan atau tulisan kecil yang
imformasihnya utuh , lengkap dan selesai.
BAB VII
TEORI DAN PEMIKIRAN LINGUISTIK YANG BERKEMBANG
DI INDONESIA
Pada akhir
bab ini , penulis memaparkan beberapa teori linguistic dan beberapa pemikiran
yang pernah dan sedang berkembang di inidonesia. Teori-teori dan pemikiran
tersebut juga sangat mewarnai cara pandang dan cara analisis penelitian
sintaksis. Namun tidak semua teori dan pemikiran linguistik yang pernah
berkembamng di Indonesia diuraikan dalam bab ini.
Hanya teori dan pemikiran linguistiklah yang menonjol yang diulas disini itu pun ulasanya terbatas pada siapa pencetusnya, kapan mulai diterapkan dan bbagaimana garis besar pemikirannya.
Hanya teori dan pemikiran linguistiklah yang menonjol yang diulas disini itu pun ulasanya terbatas pada siapa pencetusnya, kapan mulai diterapkan dan bbagaimana garis besar pemikirannya.
Pada
dasarnya bab ini, jika di lihat dari segi teknik analisis suatu kalimat ada dua
macam teori linguistic yang pernah berkembang di Indonesia secara garis
besarnya yaitu teori linguisti tradisional dan teori linguistic modern.
Perbedaan yang menonjol kedua teori tersebut terletak pada titik tolak
memandang, cara menganalisis , dan cara mengajarkan bahasa. teori limhuistik
tradisional memulai analisi bahasa dengan kata dan bentuk kata kemudian sampai
pada struktur kalimat. Teori linguistik
modern memulai analisis bahas dari kalimat kemudian beralih ke unsur yang lebih
kecil yaitu klausa, frasa, kata, morfem, dan fonem yang mendasaristruktur
laimat tersebut. Ciri-ciri yang menonjol teori linguistik modern atau teori
linguistik struktural adalah (1) pandangan tentang pentingnya hubungan
antarunsur bahasa lebih dari unsur-unsur itu sendiri, (2) satu-satunya objek
linguistik yang benar adalah sistem bahasa (langue), dan (3) penelitian bahasa
dapat dilakukan secara diakronis ataupun singkronis (Kridalaksana,1991:7).
Ada enam
teori linguistik yang diperkenalkan oleh mahasiswa strata satu, yaitu satu
teori linguistik tradisional dan lima teori linguistik modern atau teori
linguistik struktural. Selain itu, pada bagian akhir bab ini dipaparkan pula
beberapa pemikiran para linguis terkenal di dunia yang pahamnya banyak
digunakan di Indonesia.
4.
Isi Resensi
a.
Susunan Penyajian
Buku yang berjudul Sintaksis dalam penyajiannya sudah cukup
baik sebagai bacaan para pembacanya. Dimulai dari pembukaan bacaan sampai
penutup bacaan sudah baik karena dari satu materi ke materi lainnya tidak bertele-tele atau
tidak nyambung.
Buku ini, layak dibaca oleh siapa saja, namun lebih
khususnya bagi mahasiswa strata satu jurusan bahasa atau linguistik dan guru
bahasa Indonesia tingkat SMA atau SMK . Pengaran mengulas tentang dunia linguistik
yakni dari frasa hinga sampai wacana, dengan pemilihan kata yang mudah memahami
pembaca dan pemilihan contoh yang mudah dipahami pula. Pembahasan dalam buku
ini dikelompokan kedalam enam bagian yakni.
Bab pertama membicarakan tentang
konsep-konsep dalam sintaksis seperi kata, frasa, kalausa, kliamat beserta
ciri-ciri dan klasifikasi masing-masing. Bab kedua membahas klasifikasi frasa,
baik kategori pengisi maupun strukturnya. Bab ketiga meguraikan klasifikasi
kalausa baik berdasarkan distribusi satuan , fungsi maupun berdasarkan hubungan
antara klausa. Pada bab empat membahas tentang strategi pengenalan kalimat ,
fungsi-fungsi sintaksis dalam kalimat, peranan-peranan semantis dan beberapa
jenis struktur kalimat. Bab yang berikut, bab kelima syarat-syart paragraf. Bab
6 meninjau awal wacana dan satuan-satuan pendukungnya dan pada bab terkhir
yaitu bab tujuh melihat sepintas teori linguistik di Indonesia.
b.
Gaya Bahasa
Pengarang
menggunakan bahasa yang baku sehingga masyarakat umum, khususnya para mahasiswa
mudah mengerti dari isi buku sintaksis tersebut.
c.
Hal-hal yang menarik dari Buku
Buku
ini bisa menarik perhatian para pembaca. Dari setiap bagian bacaan ke bagian
bacaan selanjutnya saling berkaitan sehingga membuat para pembaca ingin mengetahui
materi selanjutnya.
d.
Kelebihan Buku
·
Cover (sampul) Buku sangat menarik
·
Kertas
Buku menggunakan kertas quarto
·
Buku
ini dapat menambah wawasan tentang sintaksis
·
Isinya sangat baik karena memberi pengalaman baru dan ilmu baru
bagi pembacanya. Bahasa yang digunakan pun mudah dipahami, tidak terlalu
panjang namun isinya sudah berbobot. Susunan paragraf dan isinya pun sudah
baik.
e.
Kelemahan Buku
Selain memiliki kelebihan, buku sintaksis ini pun
memiliki kelemahan, namun hanya sedikit yakni pengarang mengulang-ulang
pengertian yang sudah disampaikan pada bab-bab sesudahnya yang mana terlihat
seperti pengertian kata, frasa, klausa dan kalimat.
5.
Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik
a. Unsur
Instrinsik
1. Tema : linguistik
2. Bahasa : Bahasa Indonesia baku
b. Unsur
Ekstrinsik
1.
Sosial Agama
2.
Sosial Ekonomi
Keadaan ekonomi pengarang tergolong
menengah ke atas karena dilihat dari segi bacaan yang ada dalam Buku. Disamping
itu, gaya bahasa yang digunakan juga menunjukkan status sosialnya.
3.
Sosial Budaya
Pengarang merupakan seorang yang tekun bekerja.
Pengarang merupakan seorang yang tekun bekerja.
4.
Biografi Pengarang
Prof.
Dr. E. Zaenal Arifin, M.Hum. dilahirkan di Tasikmalaya, 28 Maret 1948. Ia memperoleh
gelar S-1 dari FKSS IKIP Bandung tahun 1980, gelar S-2 Magister Linguistik
tahun 1993, dan gelar S-3 Doktor Linguistik tahun 2000 dari Program
Pascasarjana Universitas Indonesia. Kini ia bertugas sebagai peneliti
media Bidang Bahasa di pusat Bahasa.
Selain itu ia adalah Guru Besar Indonesia/Linguistik pada Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Perbanas, Universitas Trisakti, Universitas Mercu Buana, Universitas
Tarumanegara, Institut Ilmu Pemerintahan Abdi Negara, Universitas Indonusa Esa
Unggul, dan Universitas Nasional, Jakarta. Sejak 2004 ia mengasuh rubrik “Gerbang
Bahasa” dalam majalah Media Watch The
Habibie Center. Sekali-kali ia menjadi pendamping bahasa di DPR RI dalam
pembahasan berbagai RUU.
Karyanya: cermat berbahasa untuk perguruan tinggi
(2007,Cet.XVI); Penggunaan Bahasa Dalam Surat Dinas(1996, Cet. VI); Dasar-dasar
Penyusunan Karya Ilmiah (2003, Cet. XI);Bahasa yang efektif dalam surat lamaran
(200), Cet. III); Seribu Satu Kesalahan Berbahasa (2003,Cet III). Bahasa bagi
Kalangan Sekertaris (2005,Cet.I);Morfologi untuk Strata Satu (2007, Cet.I).
Dra. Junaiyah H.M., Hum. Dilahirkan di Sukadana, Lampung
Timur, 22 Juni 1948, tamat S-1 FKSS-IKIP Yogyakarta (1976) dan S-2 Linguistik
Universitas Indonesia (1993). Ia menjadi Pegawai Pusat Bahasa 1977-2004;
Pengajar di FKM UI 1986-2003; di Akademi Perniagaan Indonesia 1977-1987, di
Akademi Statistik, Jakarta 1984-1986; di Fakultas Keguruan Universitas Pakuan
Bogor 1982-1992; 2000-sekarang, penyunting senior pada salah satu penerbit
swasta di Semarang 2001-2003; pengajar mMorfologi Bahasa Lampung Program D-3 Bahasa
Lampung, Unila; Pengajar PPPG Bahasa Jakarta 2000-2007, penyuluh bahasa
Indonesia pada instansi pemerintah dan swasta di Jakarta dan daerah 1979-2004;
pengasuh siaran” Aku Cinta Bahasa Indonesia” (ACBI) di RRI siaran nasional
Jakarta 1994-2000.
Ia sering
membantu DPR RI dan berbagai departemen dalam membahas rancangan undang-undang
(sejak 1986), membantu MPR RI dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan, 1998-2003,
dan membantu Mahkamah Konstitusi (2006). Sekarang ia sering membantu berbagai
departemen dan kementrian di Jakarta dan pengajar D-3 IPB kelas Jakarta.
Karyanya: Kamus Lampung Indonesia ( Pusat Bahasa
1985; Balai Pustaka 2001,) dan Serba
Sekilas Sejarah, Fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia (1985), Masalah Bahasa yang Dapat Atasi Sendiri (Ketua
Tim,1987) dan Morfologi (2007,
bersama Zaenal Arifin) Tulisannya pernah dimuat di Kompas, Suara Karya, dan Pelita. Ia menjadi penyumbang tulisan
untuk lembar komunikasi (Terbitan
Tetap Pusat Bahsa).
Ia menjadi
Pemakalah pada pertemuan Masyarakat Linguistik Indonesia di Solo 1983, HPBI di
Kalimantan Timur 1998 dan Jakarta 2006, pekan Seni Mahasiswa Nasional VII di
Bandar Lampung 2004, Pertemuan Efigrafi Nasional di Malang, dan Pertemuan
Bahasa Wilayah Barat di Bandar Lampung, November 2007.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Buku ini berisikan tentang
sintaksis terdiri dari tujuh bab yang terhimpun dalam tujuh bagian.
Masing-masing bagian memberi pencerahan tentang sintaksis. Bab 1 membicarakan
konsep-konsep dalam sintaksis. Bab 2 membahas klasifikasi frasa, baik kategori
maupun struktur. Bab 3 menguraikan klasifikasi klausa baik berdasarkan
distribusi satuan, fungsi, maupun hubungan antarklausa. Bab 4 memaparkan klasifikasi kalimat. Bab 5 syarat-syarat
paragraf. Bab 6 satuan-satuan dalam wacana. Bab 7 teori dan pemikiran linguistik yang
berkembang di Indonesia.
B.
Saran
1.
Redaktur
·
Penerbit
seharusnya mengadakan launching kumpulan Buku-Buku terbaru Sintaksis cabang
linguistik agar lebih dikenal masyarakat.
2.
Pembaca
Pembaca supaya mau membaca dan memahami maksud
dari isi bacaan dari pengarang. Pembaca dituntuk untuk mengambil segi positif yang ada di
dalam buku.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E.Zaenal
dan H.M.,Junaiyah. 2008. Sintaksis.
Jakarta: PT Grasindo.